Who links to my website?

Monday, March 15, 2010

Wanita Kristen Dalam Rumah Tangga



http://speculationsanjeev.wordpress.com/tag/6-definisi-iman/
PERANAN sebagai ibu rumah tangga sering kali diremehkan dan tidak dihargai. Beberapa dekade yang lalu, ada yang mulai memandang rendah peranan mengurus anak. Hal ini dipandang tidak sepenting karier dan bahkan sebagai sesuatu yang sangat membebani. Sekalipun banyak orang menganggap sikap ini ekstrem, hal itu umumnya membuat para ibu merasa bahwa tugas rumah tangga dan mengurus anak-anak kurang penting. 
  
Bahkan ada yang merasa bahwa seorang wanita membutuhkan karier di luar rumah agar dapat menggunakan potensinya dengan sepenuhnya.
  
Peter, di Afrika Selatan, adalah salah satu dari enam anak yang dibesarkan oleh seorang ibu dengan pendidikan terbatas. Ayahnya meninggalkan keluarga. Peter mengingat, ”Sebagai pembantu rumah tangga, gaji Ibu kecil. Sulit baginya untuk membayar uang sekolah kami semua. Kami sering pergi tidur dalam keadaan lapar. Tidak mudah baginya untuk membayar sewa rumah. Sekalipun menghadapi semua kesulitan ini, Ibu tidak pernah menyerah. Ia mengajar kami untuk tidak pernah membandingkan diri dengan orang lain. Kalau bukan karena keuletan dan keberaniannya, kami tidak akan pernah berhasil dalam kehidupan seperti sekarang.”
  
Seorang suami dari Nigeria, Ahmed, mengungkapkan bagaimana perasaannya atas bantuan istrinya dalam membesarkan anak-anak, ”Saya menghargai peranan istri saya. Sewaktu saya tidak di rumah, saya yakin anak-anak diurus dengan baik. Saya tidak merasa tersaingi oleh istri saya, sebaliknya saya berterima kasih kepadanya dan memberi tahu anak-anak bahwa mereka harus merespek dia seperti merespek saya.”
  
Seorang pria Palestina dengan senang hati memuji keberhasilan istrinya sebagai seorang ibu, ”Lina sangat berperan dalam pendidikan putri kami dan berbuat banyak demi kerohanian keluarga kami. Menurut saya, keberhasilannya disebabkan oleh keyakinan agamanya.” Lina adalah salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa dan mengikuti prinsip-prinsip Alkitab dalam mendidik putrinya.
Apa beberapa dari prinsip-prinsip ini? Apa yang dapat dikatakan tentang pandangan Alkitab mengenai para ibu? Bagaimana para ibu pada masa-masa awal mendapat kedudukan yang bermartabat dan respek sebagai pendidik anak-anak mereka?

 Pandangan yang Seimbang terhadap Para Ibu

Pada waktu penciptaan, wanita dianugerahi peranan yang bermartabat dalam penyelenggaraan keluarga. Buku pertama Alkitab mengatakan, ”Selanjutnya Allah Yehuwa berfirman, ’Tidak baik apabila manusia terus seorang diri. Aku akan menjadikan seorang penolong baginya, sebagai pelengkap dirinya.’” (Kejadian 2:18) Dengan demikian, wanita pertama, Hawa, diberikan sebagai penolong, atau mitra, bagi Adam. Ia memang diciptakan dengan sempurna untuk menjadi penolong bagi Adam. Ia akan turut berperan dalam maksud-tujuan Allah bagi mereka untuk melahirkan dan mengurus anak-anak sambil memelihara bumi dan binatang-binatangnya. Sebagai sahabat sejati, ia memberikan dorongan intelektual dan dukungan. Betapa bahagianya Adam menerima hadiah yang indah ini dari sang Pencipta!—Kejadian 1:26-28; 2:23.

Belakangan, Allah menetapkan pedoman tentang cara memperlakukan para wanita. Misalnya, kaum ibu Israel harus dihormati dan tidak boleh diperlakukan dengan hina. Apabila seorang anak laki-laki ’menyumpahi bapak dan ibunya’, ia akan dijatuhi hukuman mati. Kaum muda Kristen didesak untuk ’menaati orang tua mereka’.—Imamat 19:3; 20:9; Efesus 6:1; Ulangan 5:16; 27:16; Amsal 30:17.
Di bawah pengarahan suaminya, sang ibu harus menjadi pendidik putra-putrinya. 

Seorang anak lelaki diperintahkan ’tidak meninggalkan hukum ibunya’. (Amsal6:20) Selain itu, Amsal pasal 31memberikan ”pesan berbobot yang diberikan ibu [Raja Lemuel] kepadanya sebagai koreksi”. Dia secara bijaksana mengarahkan putranya untuk menghindari penggunaan minuman beralkohol secara tidak patut, dengan mengatakan, ”Bukan bagi raja-raja untuk minum anggur atau bagi para pejabat tinggi untuk mengatakan, ’Di mana minuman yang memabukkan?’ agar ia tidak minum dan melupakan apa yang ditetapkan dan memutarbalikkan perkara siapa pun yang mengalami penderitaan.”—Amsal 31:1, 4, 5.

Selanjutnya, setiap pemuda yang ingin menikah patut mempertimbangkan uraian tentang ”istri yang cakap” yang diberikan oleh ibu Raja Lemuel, yang mengatakan, ”Nilainya jauh melebihi koral.” Lalu, setelah menguraikan tentang dukungan penting yang diberikan istri seperti itu untuk rumah tangganya, ibu sang raja mengatakan, ”Pesona bisa jadi palsu, dan kecantikan bisa jadi sia-sia; tetapi wanita yang takut akan Yehuwa itulah yang mendapat pujian.” (Amsal31:10-31) Jelaslah, Pencipta kita menciptakan wanita untuk menempati kedudukan yang bermartabat dan bertanggung jawab dalam keluarga.
  
Dalam sidang Kristen, para istri dan ibu juga dihormati dan dihargai. Efesus5:25 mengatakan, ”Suami-suami, teruslah kasihi istrimu.” Kepada pemuda yang bernama Timotius, yang dididik oleh ibu serta neneknya untuk merespek Tulisan-Tulisan Kudus, nasihat terilham diberikan, ”Tegurlah . . . wanita-wanita yang lebih tua seperti ibu.” (2 Timotius3:15; 1 Timotius5:1, 2) Jadi, seorang pria harus memiliki respek terhadap wanita yang lebih tua seolah-olah dia adalah ibunya. Sesungguhnya, Allah menghargai para wanita dan menganugerahi mereka peranan yang bermartabat.

Nyatakan Penghargaan Anda

Seorang pria yang dibesarkan dalam kebudayaan yang memandang wanita sebagai kaum yang lebih rendah menuturkan, ”Saya menerima pendidikan yang mengagung-agungkan pria, dan saya telah menyaksikan perlakuan yang sewenang-wenang dan tidak adanya respek terhadap wanita. Maka, saya harus berjuang untuk memandang kaum wanita sebagaimana sang Pencipta memandang mereka, yaitu sebagai pelengkap, atau penolong, di rumah dan sebagai mitra dalam mendidik anak-anak. Sekalipun sulit bagi saya untuk mengucapkan kata-kata pujian bagi istri saya, saya mengakui bahwa sifat-sifat baik yang dimiliki anak-anak saya adalah karena upayanya yang keras.”

Memang, para ibu yang mengemban tanggung jawabnya sebagai pendidik dapat merasa bangga akan peranan mereka. Hal itu merupakan karier yang sangat bermanfaat. Mereka pantas mendapat pujian dan penghargaan yang sepenuh hati. Kita belajar sangat banyak dari ibu kita—kebiasaan yang sangat berguna sepanjang hidup kita, kelakuan baik yang sangat penting untuk membina hubungan baik, dan, dalam banyak hal, pola asuh dalam segi moral dan rohani yang menjaga kaum muda tetap berada dalam haluan yang benar. Akhir-akhir ini, sudahkah Anda menyatakan penghargaan kepada ibu Anda untuk semua yang telah ia lakukan bagi Anda?