Who links to my website?

Monday, June 20, 2011

Peranan Suami-Istri Dalam Keluarga



http://speculationsanjeev.wordpress.com
Tuhan adalah Oknum pembentuk sebuah keluarga. Tentu Dia memberikan pemahaman kepada kita tentang bagaimana seharusnya fungsi sebuah keluarga dan Dia sanggup mengingatkan kita akan bahaya-bahaya yang dapat menghancurkan keutuhan keluarga. Memang, Tuhan telah memberikan banyak prinsip dalam FirmanNya mengenai struktur keluarga dan peranan yang harus dipikul oleh tiap anggota. Ketika perintah-perintah dalam Alkitab ditaati, maka keluarga-keluarga akan menikmati semua berkat yang Allah mau mereka dapatkan. Ketika perintah dilanggar, muncullah kekacauan dan sakit-hati.

Peranan Suami dan Istri (The Role of Husband and Wife)

Allah telah merancang keluarga Kristen agar mengikuti struktur tertentu. Karena kerangka ini memberikan stabilitas bagi kehidupan keluarga, Setan bekeja keras untuk mengacaukan rancangan maksud Allah.
Pertama, Allah telah menetapkan bahwa suami menjadi kepala keluarga. Hal ini tidak memberikan hak kepada suami untuk secara egois mendominasi istri dan anak-anaknya. Allah memanggil suami untuk mengasihi, melindungi, mencukupi kebutuhan, dan memimpin keluarganya sebagai kepala keluarga. Allah juga menghendaki agar istri menyerah kepada pimpinan suaminya. Hal itu jelas dinyatakan dalam Alkitab:
Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. (Efesus 5:22-24).
Suami bukanlah kepala rohani dari istrinya —Yesus adalah Pribadi yang memenuhi peran itu. Yesus adalah kepala rohani dari gerejanya, dan istri Kristen adalah anggota gereja, sama halnya dengan suami Kristen. Tetapi, di dalam keluarga, suami Kristen adalah kepala dari istri dan anak-anaknya, dan ia harus berserah kepada otoritas yang diberikan oleh Allah.

Sampai sejauh mana istri menyerah kepada suaminya? Ia harus tunduk kepada suami dalam segala sesuatu, seperti kata Paulus. Kecuali jika suaminya mengharapkannya untuk tidak menaati Firman Tuhan atau melakukan sesuatu yang melanggar kata-hatinya. Sudah tentu, tidak ada suami Kristen pernah berharap istrinya untuk melakukan sesuatu yang melanggar Firman Tuhan atau kata-hati istrinya. Suami bukanlah tuhan bagi istrinya —hanya Yesus yang memiliki tempat itu dalam kehidupan sang istri. Jika harus memilih siapa yang akan ditaati, sang istri harus memilih Yesus.

Suami harus ingat bahwa Allah tidak secara langsung selalu “berpihak kepada suami.” Allah pernah berkata kepada Abraham untuk melakukan apa kata istrinya Sarah kepadanya (Kejadian21:10-12). Alkitab juga mencatat bahwa Abigail tidak menaati suaminya yang bodoh, Nabal, dan menimbulkan bencana (1 Samuel 25:2-38).

Firman Tuhan kepada Para Suami (God’s Word to Husbands)

Kepada setiap suami,Allah berkata: Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya baginya ….. Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri : Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya. (Efesus 5:25,28-30, 33).

Suami diperintahkan untuk mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi gereja. Itu bukanlah tanggung-jawab kecil! Dengan senang hati, setiap istri tunduk kepada orang yang mencintainya persis seperti yang Yesus lakukan —yang memberikan kehidupanNya dalam kasihNya yang penuh pengorbanan. Seperti Kristus mengasihi gerejaNya, demikian juga suami harus mengasihi istri yang olehnya ia menjadi “satu daging” (Efesus5:31). Jika suami Kristen mengasihi istrinya sebagaimana seharusnya, maka ia akan menyediakan kebutuhan, mempedulikan, menghormati, menolong, memberi dorongan, dan meluangkan waktu untuk istrinya. Jika tak sanggup bertanggung-jawab mengasihi istrinya, suami itu berada dalam bahaya karena akan menghambat jawaban atas doa-doanya:

Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai [kaum] yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. (1 Petrus3:7).

Tentu, belum pernah ada pernikahan yang tak pernah mengalami konflik dan pertengkaran. Tetapi, melalui komitmen dan perkembangan buah-buah roh dalam kehidupan, suami dan istri dapat belajar hidup secara harmoni dan mengalami keberkatan yang terus-menerus dalam pernikahan Kristen. Melalui permasalahan yang tak dapat dihindarkan yang muncul dalam tiap pernikahan, setiap pasangan dapat belajar bertumbuh makin dewasa menjadi serupa dengan Kristus.

Seks dalam Pernikahan (Sex in Marriage)

Hubungan seks tanpa ikatan pernikahan digolongkan sebagai perzinahan atau perselingkuhan. Rasul Paulus menyatakan bahwa mereka yang melakukan hal-hal itu tidak akan mewarisi Kerajaan Allah (1 Korintus 6:9-11). Walaupun orang Kristen dapat dicobai dan berzinah atau berselingkuh, ia akan merasakan hukuman dalam rohnya yang akan membawanya pada pertobatan.

Paulus juga memberikan beberapa petunjuk khusus tentang tanggung-jawab seks kepada suami dan istri:
Tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya. Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak. (1Korintus 7:2-5).

Ayat-ayat di atas memperjelas bahwa seks tidak boleh digunakan sebagai “hadiah” oleh suami atau istri karena baik suami atau istri tak berkuasa atas tubuhnya sendiri.

Lagipula, seks adalah karunia pemberian Allah, dan seks adalah hal yang suci atau bukan dosa selama dalam batas-batas pernikahan. Paulus mendorong para pasangan nikah Kristen untuk tetap terlibat dalam hubungan seks. Lagipula, kita bisa temukan saran tersebut bagi para suami Kristen dalam kitab Amsal:
Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu: rusa yang manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau, dan engkau senantiasa berahi karena cintanya. (Amsal 5:18-19).

Bila pasangan suami-istri Kristen ingin menikmati hubungan seks yang saling memberi kepuasan, maka keduanya harus memahami bahwa ada perbedaan besar karakter seksual antara pria dan wanita. Bila diperbandingkan, kualitas seksual pria lebih bersifat fisik, sedangkan kualitas seksual wanita terkait dengan emosinya. Secara seksual, pria mudah terangsang oleh stimulasi visual (Matius 5:28), sedangkan secara seksual wanita cenderung terangsang melalui sentuhan (1 Korintus 7:1). Pria tertarik kepada wanita yang menarik di matanya; sedangkan wanita cenderung tertarik kepada pria yang mereka sanjung karena berbagai alasan, dibandingkan hanya daya-tarik fisik. 

Jadi, istri yang bijak selalu memperhatikan hal terbaik yang bisa dilakukannya untuk menyenangkan suaminya sepanjang waktu. Suami yang bijak menunjukkan perhatiannya kepada istrinya setiap waktu dengan memberi pelukan dan perhatian penuh, bukannya mengharapkan istrinya untuk tetap “siap setiap saat” dalam sekejap di penghujung hari.

Tingkat dorongan seks pria cenderung meningkat dengan bertambahnya air mani dalam tubuhnya, sedangkan dorongan seks wanita meningkat atau menurun, tergantung pada siklus menstruasinya. Pria punya kapasitas rangsangan seks dan pengalaman klimaks seks dalam hitungan detik atau menit; wanita butuh waktu lebih lama. Walaupun pria biasanya siap secara fisik untuk berhubungan seks dalam beberapa detik, tubuh wanita bisa saja tak siap secara fisik selama setengah jam. Jadi, suami yang bijak menggunakan waktu untuk melakukan permainan seks pendahuluan dengan melakukan pelukan mesra, ciuman dan rangsangan dengan tangan ke bagian-bagian tubuh istri yang akan membuat istri menjadi siap melakukan persetubuhan. Jika tak tahu bagian-bagian tubuh istri, suami perlu bertanya kepada istrinya. Juga, ia harus tahu bahwa walaupun ia mampu mencapai hanya sekali klimaks seks, istrinya mampu mencapai lebih dari sekali klimaks. Suami harus paham agar istri mendapatkan apa yang diinginkannya.

Sangatlah penting agar suami dan istri Kristen saling mendiskusikan kebutuhan mereka dengan jujur dan belajar sebanyak mungkin tentang bagaimana perbedaan masing-masing. Selama berbulan-bulan dan tahunan komunikasi, penemuan dan praktek, hubungan seks antara suami dan istri dapat menghasilkan keberkatan yang semakin meningkat.

Saturday, June 18, 2011

Yesus Dan Pencobaan

Alkitab bukan sekedar buku bacaan, tapi Firman Tuhan dimana Tuhan menjaga semua penulisnya supaya tidak ada salahnya, dipimpin oleh Tuhan. Oleh sebab itu lah perjanjian Lama dan Baru ada suatu kesatuan yang fokus pada Yesus Kristus, walaupun terpisah begitu lama. Seluruh alkitab adalah Firman Tuhan !

Pencobaan Tuhan Yesus pada dasarnya sama dengan pencobaan yang kita alami:

Godaan soal makanan – berbicara juga soal trust (kepercayaan) dimana kebutuhan fisik kita dipenuhi pada waktu Tuhan. Sama halnya seperti Tuhan memberikan roti manna bagi orang Israel di pagi hari setiap hari, pada waktu Tuhan.

Setiap pencobaan yang kita alami selalu pada akhirnya berbicara soal confident kita pada God
Godaan soal presuming (menduga) Tuhan – Kita kadangsuka berkata: “Tuhan, saya ada rencana, tapi aku percaya tiada yang mustahil bagiMu. Aku akan menjalaninya dengan iman dan percaya Tuhan akan menyertai”. Kita asumsi Tuhan akan menolong (seperti iblis yang menggoda Yesus untuk menjatuhkan diri dan akan ditolong).

Pencobaan ketiga sebagai klimaks. Kalau di Lukas, pencobaannya ditukar (pencobaan ketiga dijadikan nomor 2 di Lukas). Alasannya, karena Lukas menulis dengan teliti (dengan detail2) dan teratur. Matius menulis dengan tidak teratur (karena tujuannya mau fokus Yesus, sebagai Raja).

Di Matius, klimaks pencobaannya adalah soal kerajaan, bumi dan surga. Lukas mengutip Ulangan pasal 6 (kutipan yangberurutan mulai dari ayat 13-16). Tapi inti dari hakekat pencobaan-pencobaan tetap sama.

Pencobaan ketiga – kesuksesan, kemuliaan, kedudukan, materi, apa yang kelihatan di dunia

Ini berbicara soal kesuksesan yang kita ingin nikmati, populer, materi, kenikmatan di dunia.

Semua itu akan kuberikan kepadaMu, jika Engkau sujud menyembah aku.” – seolah-olah Iblis mempunyai dunia ini. Padahal di Mazmur dikatakan bahwa Tuhan lah empunya dunia dan segala isinya.

Ini godaan untuk kenikmatan sekejap, ingin memilikinya, sampai kita lupa pada value yang kita harus hidupkan. Matius 28:18– Yesus dalam kemanusiaanNya, tahu bahwa itulah salah satu tujuan Dia datang ke dunia (setelah Dia disiksa dan mati di kayu salib) dan Iblis tahu hal ini; jadi iblis mau menawarkan ini semua, bahwa bisa Yesus dapatkan tanpa harus mengikutijalan salib.

Dunia sekarang pun menawarkan hal demikian; kita mau serba cepat dan instant. Dan tanpa disadari, Iblis memakai situasi dan keadaan ini untuk menjatuhkan kita! Pencobaan selalu ada hubungannya dengan keyakinan kita pada Tuhan. Karena itu Tuhan Yesus selalu mengutip Firman Tuhan saat dicobai, terus mengarahkan diri pada Tuhan!

Iblis menawarkan jalan pintas, supaya kita lupa pada Tuhan. Kedudukan, kekayaan, pekerjaan, kesuksesan tidak dosa, tapi di saat kita fokus dan cinta itu semua, sampai kita lupa pada Tuhan, itulah dosa! Dan Iblis tidak pernah berhenti untuk menawarkan ini semua pada kita.

Apa artinya berhala sesungguhnya?

Ketika kita menggantikan Tuhan sebagai fokus hidup kita, itu lah berhala. Mungkin kita tidak menyembah patung2, kris, atau hal2 seperti itu. TAPI saat kita menggantikan berkat Tuhan menjadi fokus hidup kita dan menggeser Tuhan, itulah berhala! (Kolose 3:5 – kerakusan disamakan dengan penyembahan berhala!). Tuhan ingin kita melihat dan mengidentifikasi godaan ini, supaya kita menang. Jangan sampai apa yang diberkati Tuhan, menjadikan kita sebagai penyembahan berhala. Mungkin ada orang yang merasa tenang dan damai saat ada banyak uang (tabungan), ada pekerjaan, atau pasangan yang menguatkan – ini sangat berbahaya! Tuhanlah sumber berkat, Tuhanlah sumber kedamaian, Tuhanlah sumber kasih. Jangan sampai apa yang ada di dunia menggantikannya, hati hati lah!

Perhatikan Matius 4:10 (dikutip dari Ulangan6:12-16), khususnya ayat 13. Ayat yang diberikan untuk generasi kedua orang Israel, supaya terus diingat dan dihidupkan.

Perhatikan juga Keluaran 20:3, Ulangan 5:7 – diulang terus-menerus.

Tidak boleh ada yang menggantikan Tuhan dalam hidup kita! Katakan “Tidak!” pada jalan pintas, jalan yang salah, kenikmatan sekejap, yang tidak berkenan pada Tuhan.

Bagaimana kita bisa tahu kalau kita ada suatu penyembahan berhala dalam hidup kita?

[1] Uang

Kemana kita habiskan uang kita (banyak kemana?). Itu menunjukkan hatimu ada dimana. Dan pada saat kasih persembahan buat Tuhan, apakah kita setia kasih persembahan dan perpuluhan?

[2] Waktu

Waktu kita habis dimana? Kalau tidak hati-hati, maka waktu itu bisa menggeser waktu kita pada Tuhan

[3] Ketika kita sendiri, apa yang kita pikirkan?

Apa yang kita pikirkan saat kita lagi sendiri? Khayalan-khayalan kita, yang kita pikirkan terus menerus :

Seharusnya kedudukan, kekayaan, keberhasilan, itu semua kita pakai sebagai alat untuk kemuliaan Tuhan, bukan goal kita! (Perhatikan Abraham yang kaya raya, Daniel dan Yusuf yang mempunyai posisi tinggi, wanita-wanita kaya yang melayani para murid)


Sembahlah Tuhanmu, jangan menyembah berkatnya dan apa yang ditawarkan oleh dunia ini. Waspadalah! Janganlah tergeser hati kita!