PERANAN sebagai ibu rumah tangga sering kali diremehkan dan tidak
dihargai. Beberapa dekade yang lalu, ada yang mulai memandang rendah peranan
mengurus anak. Hal ini dipandang tidak sepenting karier dan bahkan sebagai
sesuatu yang sangat membebani. Sekalipun banyak orang menganggap sikap ini
ekstrem, hal itu umumnya membuat para ibu merasa bahwa tugas rumah tangga dan
mengurus anak-anak kurang penting.
Bahkan ada yang merasa bahwa seorang wanita
membutuhkan karier di luar rumah agar dapat menggunakan potensinya dengan
sepenuhnya.
Peter, di Afrika Selatan, adalah salah satu dari enam anak yang
dibesarkan oleh seorang ibu dengan pendidikan terbatas. Ayahnya meninggalkan
keluarga. Peter mengingat, ”Sebagai pembantu rumah tangga, gaji Ibu kecil.
Sulit baginya untuk membayar uang sekolah kami semua. Kami sering pergi tidur
dalam keadaan lapar. Tidak mudah baginya untuk membayar sewa rumah. Sekalipun
menghadapi semua kesulitan ini, Ibu tidak pernah menyerah. Ia mengajar kami
untuk tidak pernah membandingkan diri dengan orang lain. Kalau bukan karena
keuletan dan keberaniannya, kami tidak akan pernah berhasil dalam kehidupan
seperti sekarang.”
Seorang suami dari Nigeria, Ahmed, mengungkapkan bagaimana
perasaannya atas bantuan istrinya dalam membesarkan anak-anak, ”Saya menghargai
peranan istri saya. Sewaktu saya tidak di rumah, saya yakin anak-anak diurus
dengan baik. Saya tidak merasa tersaingi oleh istri saya, sebaliknya saya
berterima kasih kepadanya dan memberi tahu anak-anak bahwa mereka harus
merespek dia seperti merespek saya.”
Seorang pria Palestina dengan senang hati memuji keberhasilan
istrinya sebagai seorang ibu, ”Lina sangat berperan dalam pendidikan putri kami
dan berbuat banyak demi kerohanian keluarga kami. Menurut saya, keberhasilannya
disebabkan oleh keyakinan agamanya.” Lina adalah salah seorang Saksi-Saksi
Yehuwa dan mengikuti prinsip-prinsip Alkitab dalam mendidik putrinya.
Apa beberapa dari prinsip-prinsip ini? Apa yang dapat dikatakan
tentang pandangan Alkitab mengenai para ibu? Bagaimana para ibu pada masa-masa
awal mendapat kedudukan yang bermartabat dan respek sebagai pendidik anak-anak
mereka?
Pandangan yang Seimbang terhadap Para
Ibu
Pada waktu penciptaan, wanita dianugerahi peranan
yang bermartabat dalam penyelenggaraan keluarga. Buku pertama Alkitab
mengatakan, ”Selanjutnya Allah Yehuwa berfirman, ’Tidak baik apabila manusia
terus seorang diri. Aku akan menjadikan seorang penolong baginya, sebagai
pelengkap dirinya.’” (Kejadian 2:18)
Dengan demikian, wanita pertama, Hawa, diberikan sebagai penolong, atau mitra,
bagi Adam. Ia memang diciptakan dengan sempurna untuk menjadi penolong bagi
Adam. Ia akan turut berperan dalam maksud-tujuan Allah bagi mereka untuk
melahirkan dan mengurus anak-anak sambil memelihara bumi dan
binatang-binatangnya. Sebagai sahabat sejati, ia memberikan dorongan
intelektual dan dukungan. Betapa bahagianya Adam menerima hadiah yang indah ini
dari sang Pencipta!—Kejadian 1:26-28; 2:23.
Belakangan, Allah menetapkan pedoman tentang cara memperlakukan
para wanita. Misalnya, kaum ibu Israel harus dihormati dan tidak boleh
diperlakukan dengan hina. Apabila seorang anak laki-laki ’menyumpahi bapak dan
ibunya’, ia akan dijatuhi hukuman mati. Kaum muda Kristen didesak untuk
’menaati orang tua mereka’.—Imamat 19:3; 20:9; Efesus 6:1; Ulangan 5:16; 27:16; Amsal 30:17.
Di bawah pengarahan suaminya, sang ibu harus menjadi pendidik
putra-putrinya.
Seorang anak lelaki diperintahkan ’tidak meninggalkan hukum
ibunya’. (Amsal6:20) Selain itu, Amsal pasal 31memberikan ”pesan berbobot yang diberikan ibu [Raja Lemuel] kepadanya sebagai
koreksi”. Dia secara bijaksana mengarahkan putranya untuk menghindari
penggunaan minuman beralkohol secara tidak patut, dengan mengatakan, ”Bukan
bagi raja-raja untuk minum anggur atau bagi para pejabat tinggi untuk mengatakan,
’Di mana minuman yang memabukkan?’ agar ia tidak minum dan melupakan apa yang
ditetapkan dan memutarbalikkan perkara siapa pun yang mengalami penderitaan.”—Amsal 31:1, 4, 5.
Selanjutnya, setiap pemuda yang ingin menikah patut
mempertimbangkan uraian tentang ”istri yang cakap” yang diberikan oleh ibu
Raja Lemuel, yang mengatakan, ”Nilainya jauh melebihi koral.” Lalu, setelah
menguraikan tentang dukungan penting yang diberikan istri seperti itu untuk
rumah tangganya, ibu sang raja mengatakan, ”Pesona bisa jadi palsu, dan
kecantikan bisa jadi sia-sia; tetapi wanita yang takut akan Yehuwa itulah yang
mendapat pujian.” (Amsal31:10-31) Jelaslah, Pencipta kita menciptakan wanita untuk menempati
kedudukan yang bermartabat dan bertanggung jawab dalam keluarga.
Dalam sidang Kristen, para istri dan ibu juga dihormati dan
dihargai. Efesus5:25 mengatakan, ”Suami-suami, teruslah kasihi istrimu.” Kepada pemuda yang
bernama Timotius, yang dididik oleh ibu serta neneknya untuk merespek
Tulisan-Tulisan Kudus, nasihat terilham diberikan, ”Tegurlah . . .
wanita-wanita yang lebih tua seperti ibu.” (2 Timotius3:15; 1 Timotius5:1, 2) Jadi, seorang pria harus memiliki respek terhadap wanita yang
lebih tua seolah-olah dia adalah ibunya. Sesungguhnya, Allah menghargai para
wanita dan menganugerahi mereka peranan yang bermartabat.
Nyatakan Penghargaan Anda
Seorang pria yang dibesarkan dalam kebudayaan yang memandang wanita
sebagai kaum yang lebih rendah menuturkan, ”Saya menerima pendidikan yang
mengagung-agungkan pria, dan saya telah menyaksikan perlakuan yang
sewenang-wenang dan tidak adanya respek terhadap wanita. Maka, saya harus
berjuang untuk memandang kaum wanita sebagaimana sang Pencipta memandang
mereka, yaitu sebagai pelengkap, atau penolong, di rumah dan sebagai mitra
dalam mendidik anak-anak. Sekalipun sulit bagi saya untuk mengucapkan kata-kata
pujian bagi istri saya, saya mengakui bahwa sifat-sifat baik yang dimiliki
anak-anak saya adalah karena upayanya yang keras.”
Memang, para ibu yang mengemban tanggung jawabnya sebagai pendidik
dapat merasa bangga akan peranan mereka. Hal itu merupakan karier yang sangat
bermanfaat. Mereka pantas mendapat pujian dan penghargaan yang sepenuh hati.
Kita belajar sangat banyak dari ibu kita—kebiasaan yang sangat berguna
sepanjang hidup kita, kelakuan baik yang sangat penting untuk membina hubungan
baik, dan, dalam banyak hal, pola asuh dalam segi moral dan rohani yang menjaga
kaum muda tetap berada dalam haluan yang benar. Akhir-akhir ini, sudahkah Anda
menyatakan penghargaan kepada ibu Anda untuk semua yang telah ia lakukan bagi
Anda?
No comments:
Post a Comment