Who links to my website?

Sunday, October 26, 2014

Mujizat

http://speculationsanjeev.wordpress.com/tag/6-definisi-iman/
Mujizat adalah sebuah kata yang menggetarkan banyak hati manusia. Di kalangan kekristenan, paling tidak ada tiga pandangan yang berbeda. Pandangan pertama diusung kaum liberal. Mereka tidak percaya mujizat terjadi di Alkitab dan di dunia. Bagi mereka semua peristiwa supra-natural di Alkitab hanyalah sekedar dongeng atau mitos belaka. Pandangan kedua mempercayai mujizat benar terjadi di Alkitab, but that’s it. Dulu pernah terjadi, tetapi setelah kedatangan Roh Kudus pada Pentakosta, mujizat sudah berhenti. Pandangan ketiga percaya bahwa mujizat pernah terjadi dan masih terjadi hari ini 

Eksposisi Yohanes 21:1 -14

1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut.

Mujizat pertama: Yesus menampakkan diri pasca kebangkitan.
Alasan mengapa para murid datang ke Galilea adalah untuk memenuhi pesan malaikat yang menampakkan diri kepada Maria Magdalena dan Maria yang lain (Matius 28:7). Pesan ini kemudian diulangi oleh Yesus sendiri (Matius 28:10). Ayat ini (Matius 28:10) adalah alasan mengapa mereka ada di Galilea, tetapi sebenarnya setelah Amanat Agung (Matius 28:18 – 20) diberikan oleh Yesus kepada mereka, tidak ada alasan jelas mengapa mereka masih tetap tinggal di Galilea, bahkan pergi ke danau Galilea.

2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain.

Ada tujuh orang murid yang ada di danau Galilea. Tidak jelas di mana murid-murid yang lain, apakah mereka belum sampai di danau Galilea ataukah mereka sudah meninggalkan Galilea untuk melaksanakan Amanat Agung.

3 Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.

Mujizat kedua: Para nelayan profesional gagal menangkap seekor ikanpun. Pada ayat ini Petrus menunjukkan karismanya dalam memimpin teman-temannya sekaligus menunjukkan sifatnya yang suka menuruti kata hati dan cepat bertindak. Keinginan Petrus untuk menangkap ikan tidak berarti dia meninggalkan tugas dari Yesus. kata yang dipakai adalah “pergi, υπαγω” bukan “bekerja”. Kalo saya pergi ke Jakarta, bukan berarti pekerjaan saya adalah supir bis bukan?. Jadi kemungkinan mereka pergi mencari ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan makan mereka. Peristiwa kegagalan mereka menangkap ikan sama persis dengan kejadian yang dicatat dalam Lukas 5:5.

 Tuhan bekerja melalui kehidupan sehari-hari

Sebenarnya alasan ketujuh murid pergi ke danau Galilea tidak jelas. Di pihak lain, panggilan mereka untuk menjalankan Amanat Agung sangat jelas. Dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang kita melakukan hal yang sama. Sementara panggilan Tuhan sangat jelas bagi kita, kadang kita justru melakukan hal-hal lain yang tidak ada hubungannya dengan panggilan Tuhan itu. Hal itu tidak berarti kita menguasai situasi karena Tuhan tetap memegang kendali.

Ketika kita “melarikan diri” dari panggilan Tuhan, Dia dapat menggunakan segala macam cara untuk membuat kita akhirnya menyerah dan melakukan kehendak-Nya. Ayat ini membuktikan hal itu. Ketika seorang nelayan kawakan dengan waktu yang tepat (menangkap ikan pada malam hari adalah yang paling besar peluangnya) dan dengan alat yang tepat (perahu dan jaring) gagal menangkap seekor ikanpun, hal itu adalah mujizat yang dipersiapkan untuk kemuliaan Tuhan. Jadi mujizat bukan sekedar ketika hasil tangkapan berlimpah, tetapi ketika hasil tangkapan mengecewakan-pun, hal itu juga mujizat yang dilakukan Tuhan bagi kemuliaan nama-Nya.

4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.
5  Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada."

Penterjemahan kalimat “ketika hari mulai siang” kurang baik. Bahasa aslinya mengatakan “early morning/ after the daybreak”. Pagi-pagi sekali Yesus berbicara kepada mereka tapi mereka tidak tahu kalau orang yang berbicara kepada mereka adalah Yesus. Yesus memakai istilah “anak-anak, παιδία” yang berarti anak-anak kecil. Tentunya yang dimaksud Yesus bukan karena mereka anak-anak secara usia melainkan mereka belum dewasa secara rohani (dan memang mereka adalah anak-anak-Nya secara rohani). Kemudian Yesus menanyakan sebuah pertanyaan (adakah kamu mempunyai lauk-pauk?) . Ternyata mereka menjawab dengan jujur “Tidak ada”. Jawaban ini jujur walaupun sebenarnya memalukan karena bagaimana mungkin nelayan kawakan yang bekerja semalam suntuk tidak mendapat hasil apa-apa.

6  Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.
Mujizat ketiga: setelah semalaman gagal mendapat seekor ikan, pagi hari sekali tebar jala, penuh.
Kembali ayat ini mengikatkan kita pada Lukas 5:5. Hanya saja paling tidak ada dua perbedaan, yaitu pada peristiwa dahulu yang dicatat oleh Lukas, Petrus tahu dengan jelas siapa yang menyuruhnya, yaitu Yesus, orang yang dikenal sebagai guru. Pada kesempatan ini Petrus tidak mengenali Yesus dan baginya saat itu yang menyuruhnya adalah “hanya seseorang yang tidak dikenal, seorang yang bukan siapa-siapa”. Mengingat hal ini, rupa-rupanya Petrus dan teman-temannya sudah benar-benar putus asa sehingga menuruti perintah “orang asing”. Kalo bicara soal teologi, kira-kira teman-teman lebih percaya sama saya atau pak Santoso?, tetapi kalo bicara soal cetak mencetak, ucapan siapa yang lebih dipercaya?.


7  Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau.
8  Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu.


Ketika Yesus menampakkan diri, mereka tidak mengenali-Nya, bahkan sampai Yesus membuka percakapan, mereka tetap belum mengenali-Nya. Dalam hidup sehari-hari kitapun kadang berlaku seperti para murid. Kita ingin Tuhan berbicara dan ketika Dia berbicara, kita tidak sadar siapa yang berbicara.

Dalam keadaan sesulit apapun, kasih pemeliharaan Yesus selalu menyertai, bahkan ketika kita belum sadar akan penyertaan-Nya, Dia sudah menyertai. Dalam keadaan ini kembali Dia melakukan mujizat dengan membuat jaring mereka penuh dengan ikan tangkapan sampai tidak dapat ditarik ke atas perahu karena banyaknya ikan, tetapi jaringnya tidak sobek.

Ketika hal itu terjadi, sadarlah Yohanes siapa “orang” itu sebenarnya. Di sini ada dua reaksi yang berbeda antara Petrus dan murid lainnya. Petrus mengikuti kata hatinya, terjun ke danau. Murid lainnya mendarat dengan perahunya dan menghela hasil tangkapan. Dua reaksi yang berbeda ini tidak dicela maupun dipuji oleh Yesus. Jadi prinsip yang dapat ditarik adalah Tuhan tidak melihat reaksi lahiriah melainkan melihat hati manusia.

9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.

10  Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu."

Mujizat keempat: Satu ikan dan satu roti untuk 7 orang nelayan kelaparan.

Di sini kita melihat Yesus menyediakan makanan bagi para murid. Sangat menarik, ternyata Yesus hanya menyediakan satu ikan (οψαριον) dan satu roti (αρτον).
Pfeiffer dan Harrison berkata bahwa beberapa ikan itu tidak digunakan untuk menambahi “satu ikan dan satu roti” (ay. 9) yang sudah tersedia. Hal ini berarti Yesus mencukupkan satu ikan dan satu roti bagi para murid. Bagaimana caranya? Tentunya Dia menggandakan ikan dan roti seperti yang dilakukan-Nya pada beberapa kesempatan yang lalu.

11 Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak.

Mujizat kelima  adalah tidak robeknya jala.

Ketika nelayan menangkap ikan yang berlimpah sampai jaringnya tidak dapat diangkat naik ke perahu, mereka akan merobek sedikit jalanya untuk mengeluarkan ikan-ikan agar jaringnya dapat diangkat. Jika beban tidak dikurangi, ikan-ikan akan mati. Ikan yang mati akan menambah beban jaring (ikan yang hidup meloncat-loncat sehingga meringankan beban jaring) sehingga jaring akan sobek dan ikan-ikannya hilang. Kita lihat, ternyata jaring mereka dengan ikan-ikan yang mati tidak sobek.

Pertolongan Tuhan tuntas (ayat 9 – 11).

Yesus mencukupkan kebutuhan para murid dari satu ikan dan satu roti dengan memperbanyaknya. Jala yang tidak koyak juga sebuah hal yang tidak dapat diterima rasio. Dari sini kita belajar bahwa Tuhan sungguh berkuasa dan pertolongannya tuntas. Kiranya tiga ayat ini dapat memberikan hiburan akan totalitas pertolongan Tuhan bagi semua anak-anak-Nya.

12 Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan.
13 Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu.
14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.

Teladan Yesus (ayat 12 – 14)

Kembali Yesus memberikan teladan untuk melayani para murid-Nya. Yesus dahulu dan sekarang tidak berubah. Dalam situasi yang mengharukan itu, para murid tahu dengan jelas siapa pribadi yang melayani mereka. Jika kita membaca perikop berikutnya, jelas terlihat kebijaksanaan Yesus. Sebelum memberikan tugas kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya, Dia menyediakan makanan secukupnya. Jelas Dia tidak ingin hamba-Nya untuk melayani dengan perut yang lapar.
Ayat 13: Pink memberikan penafsiran yang sangat indah: Yesus tidak lagi mengucap syukur kepada Allah sebelum makan seperti kebiasaan-Nya dahulu sebelum kematian dan kebangkitan-Nya. Dahulu sebagai manusia sejati, Dia selalu mengucap syukur kepada Allah. Kini sebagai Allah yang sejati, Dia berotoritas untuk memberikan roti dan ikan kepada mereka.


Tujuan Mujizat (ayat 15 – 19)

Kini kita tiba pada bagian yang paling penting, yaitu apa tujuan Tuhan memberikan mujizat. O, saudara di tengah dunia yang penuh dengan pengajaran yang menyuburkan narsisme, kita harus mengerti dan mengembalikan tujuan mujizat sesuai esensinya, sesuai dengan Alkitab.
Rangkaian peristiwa yang terjadi dari ayat 1 sampai ayat 14 yang mencakup 5 mujizat, adalah persiapan bagi rasul Petrus untuk menerima tugas menggembalakan domba-domba-Nya. Jadi tujuan akhir dari mujizat-mujizat yang terjadi adalah bagi Tuhan sendiri bukan untuk Petrus. Bingung ya?. Setelah saya kasi gambaran, mudah-mudahan jadi jelas. Jika saya adalah seorang karyawan, hasil kerja saya baik sehingga banyak perusahaan kompetitor menawarkan saya untuk bergabung dengan mereka. Melihat hal ini, bos saya takut kalo saya keluar dari pekerjaan yang sekarang. Akhirnya dia menaikkan gaji saya dua kali lipat. Nah, tindakan memberikan kenaikan gaji dua kali lipat sebenarnya ditujukan bagi kepentingan siapa?. Tujuan utama si bos adalah demi kepentingan dia sendiri, yaitu agar saya tidak keluar kerja. Memang sebagai akibatnya saya mendapat gaji dobel, tapi gaji dobel itu adalah berkat yang harus saya pertanggung-jawabkan kepada bos melalui pekerjaan saya bukan?. Dengan gaji dobel, hasil kerja saya juga harus lebih baik dari sebelumnya bukan?.

Sebelum Yesus menugaskan Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya, Dia membuat lima mujizat. Pertanyaannya, mengapa Tuhan harus melakukan 5 mujizat terhadap Petrus?. Kita ingat sebelumnya Petrus menyangkal Yesus tiga kali bukan?. Injil mencatat setelah menyangkal, Petrus menangis dengan sedihnya. Kalo kita ingat di zaman yang Patrialistik, ada seorang pria Yahudi menangis di muka umum, ini sangat sulit dibayangkan. Sama sulitnya membayangkan Gober bebek memberikan uang kepada Donal bebek bukan?. Nah, Orang yang menyangkal tiga kali, yang sudah hancur harga dirinya dan hancur kredibilitasnya di mata teman-temannya, akan diangkat menjadi pemimpin semua murid??. Tentunya hal ini membutuhkan penegasan-penegasan Tuhan secara berulang-ulang.

Inilah yang terjadi pada Petrus. Mujizat tidak pernah dimaksudkan untuk dinikmati secara pribadi. Ketika Tuhan izinkan mujizat terjadi, di belakangnya ada tanggung-jawab yang harus kita lakukan. Jadi mujizat banyak terjadi justru kepada orang-orang yang lemah imannya, untuk menguatkan mereka. Ketika iman saudara kuat, jangan harapkan mujizat spektakuler akan terjadi setiap hari. Saya percaya tiap hari ada pemeliharaan-Nya karena tiap saat Tuhan jaga kita bukan?. Tetapi sekali lagi bukan mujizat untuk memuaskan diri sendiri.

No comments:

Post a Comment